Wednesday, December 26, 2012
Cerita തേക്ക്
തേക്ക്
Namanya mungkin memang sudah tidak asing didengar. Catti, cati, jati, tek. Begitu mendengar kata jati yang terlintas adalah meubel, Jepara, atau mungkin saja hutan. Sebenarnya sejarah mengenai asal usul Jati (Tectona grandis L.f.; Lamiaceae) memang masih menjadi perdebatan. Tapi lewat media ini saya akan mengupasnya sedikit demi sedikit. Bagaimana kisahnya? baiklah.. akan saya mulai catatan ini...
Brascamp (1922) menyatakan bahwa jati adalah jenis tanaman asli pulau jawa, namun menurut Altona (1930) penyebaran jati di belahan bumi selatan adalah berkat campur tangan masyarakat Hindu kuno. Introduksi Jati dari India ke pulau Jawa terjadi pada tahun 200 oleh masyarakat Hindu kuno penyembah Dewa Wisnu. Mereka mempercayai bahwa sesudah mati, sukma akan pindah ke pohon jati, sehingga kalau di suatu daerah tidak ada jati, maka jenis ini harus dirantaukan kesana. Pohon jati dihormati sebagai pohon dunia yang melambangkan bahan asal sukma, dan sebagai inkarnasi jiwa leluhur.
Carthaus merupakan orang pertama yang mempertahankan hipotesa introduksi jati ke Jawa oleh orang Hindu. Salah satu alasannya adalah, karena di Jawa tidak terdapat spesies lain yang terdekat dari jati, berbeda dengan daerah India yang juga terdapat Tectona hamiltoniana Wall. Sebagai catatan, tanpa bantuan manusia, jati tidak mungkin mampu menang dalam persaingan dengan jenis kayu hutan. Pendapat Carthaus juga didasarkan pada tata bahasa. Suku bangsa Indonesia memiliki nama berlainan untuk jenis kayu hutan, tetapi di seluruh Nusantara hanya dipakai kata "jati" untuk Tectona grandis. Lain hal dengan di India yang merupakan tempat asli jati, pada berbagai suku dipakai nama yang berlainan, seperti Seg, Sag, Tekku, Tek, Cati, dan Techati. Di Kanara dan Kalinga, jati disebut dengan Cadi, Catti, Tachatti, dan Tekjattu.
Altona melakukan penelitian di daerah hutan jati di Bojonegoro dan Saradan Selatan. Altona menemukan "larikan" (pola penanaman) dalam hutan jati tua di Bojonegoro, yang selama ini dianggap sebagai vegetasi hutan asli. Kemudian ia menarik kesimpulan bahwa orang hindu telah memasukkan jati ke jawa dan menanamnya secara besar-besaran seluas 1-1,5 juta hektar. Altona (1923) menulis bahwa ada satu kasus menarik di Hutan Jati di daerah Besuki, disana ditemukan 3 sampai 4 larikan pohon jati yang berdampingan, yang apabila ditelusuri, panjangnya lebih dari 100 meter dan diduga ditanam pada masa akhir kerajaan Blambangan (wow..).
Ternyata jati memang sudah sejak lama dimanfaatkan oleh manusia dan memiliki nilai yang penting dalam peradaban kebudayaan Hindu. Baik di India, maupun di Nusantara..
Menarik ya cerita si തേക്ക് ini :D
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment