Thursday, December 27, 2012

Tumbuhan Narkotika dalam Kebudayaan Mesir Kuno



Kalau lagi galau malam-malam sambil ditemani lagu Raisa, pinginnya meracik racun (hahaha..jangan dianggap serius). Serasa Eropa di abad 16-17, era dimana meracuni seseorang itu tindakan yang fashionable atau populer (Thomas, 2012). Cukup mengerikan ya.. bahkan meracuni seseorang menjadi bagian seru dalam cerita tragedi karangan Shakespeare berjudul "Hamlet". Diceritakan bahwa Claudius membunuh Hamlet dengan meracuninya. 

Sebenarnya apa sih racun itu? Pengertian racun dalam kamus bahasa Indonesia adalah zat (gas) yg dapat menyebabkan sakit atau mati (kalau dimakan, dihirup) (nomina), sedangkan dalam kontes biologi, racun berarti suatu substansi kimia yang dapat menyebabkan gangguan pada organisme, melalui reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekuler, ketika jumlah yang cukup diserap oleh organisme. Poison atau racun dibedakan menjadi dua, toksin dan venom. Toksin biasanya dihasilkan oleh beberapa fungsi biologis di alam (seperti dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan) sedangkan yang disebut venom adalah racun yang disuntikkan ke dalam tubuh suatu organisme melalui gigitan atau sengatan. Tidak sedikit jenis tumbuhan yang mengandung senyawa yang bersifat racun bagi suatu organisme, dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Sebagai contoh adalah ki tolod (Hippobroma longiflora (L.) G.Don) yang masuk dalam kategori highly poisonous, tapi dimanfaatkan sebagai obat sakit mata. disinilah perbedaannya, kalau menurut Paracelsus (1493-1541) adalah "sola dosis facet venenum" yang diartikan dalam bahasa inggris adalah "It is the dose that make a poisonous". Jadi perbedaan diantara tumbuhan obat dan tumbuhan racun terletak pada dosis yang digunakan. nah...salah satu kelompok tumbuhan yang mengandung racun adalah tumbuhan narkotika. Ah... jadi serasa kuliah ya.. hapunten atuh. 

Sebenarnya yang ingin saya ceritakan malam hari ini adalah jenis-jenis racun di era peradaban kuno. Salah satunya adalah peradaban mesir kuno yang sejarahnya terekam dengan baik. Jenis tumbuhan yang dipakai adalah tumbuhan narkotika.

 Apa sih peran tumbuhan narkotika ini?. Tumbuhan narkotika memang tidak pernah absen dari peradaban manusia. Tumbuhan narkotika biasanya digunakan dalam upacara keagamaan oleh priest, pendeta, atau shaman. Karena mereka percaya bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan yang mereka sebut Tuhan ketika dalam keadaan fly. Peradaban bangsa mesir kuno tidak lepas dari praktik shamanism. Maspero (1915) menyatakan dengan memakan makanan ajaib dan minum ramuan ajaib (ajaib disini maksudnya efek yang dihasilkan oleh tumbuhan narkotika), bangsa mesir kuno percaya bahwa pendeta dapat berbicara dengan dewa, dengan mereka yang sudah mati, atau dapat membebaskan jiwa yang telah mati menuju perjalanan ke alam kematian, sehingga tumbuhan narkotik banyak ditemukan di makam-makam raja. Jenis-jenis tumbuhan yang diketahui adalah teratai biru (Nymphaea caerulea; Nymphaceae) dan mandrake (Mandragora officinarum; Solanaceae). Apa sih mereka? Mari kita bahas satu persatu. 

Terdapat dua jenis teratai yang hidup di Sungai Nil, yaitu Nymphaea lotus dan Nymphaea caerulea var. albiflora (teratai biru). Bangsa mesir kuno di era Dinasti Keempat percaya bahwa bunga Nymphaea caerulea merupakan persembahan untuk dewa Osiris dari jiwa yang telah mati, bahkan mejadi bunga favorit di kala itu. Bahkan bangsa mesir kuno memuja dewa teratai biru yaitu Nefertem, yang membawa bunga teratai di atas kepalanya. Nymphaea carulea mengandung senyawa yang bersifat psikoaktif, yaitu Nuciferine , nupharine, nymphaline, dan aporphine. Senyawa-senyawa ini bekerja pada sistem saraf pusat, sehingga mempengaruhi kerja otak. Mengakibatkan terjadinya perubahan dalam persepsi, suasana hati, kesadaran, kognisi, dan perilaku, seperti halusinasi, euphoria, serta efek hypnosis. Adanya kandungan senyawa-senyawa ini menyebabkan seluruh bagian dari Nymphaea caerulea berbahaya. Selain digunakan dalam upacara keagamaan, Nymphaea caerulea juga dipakai untuk relaksasi, dengan cara mencium aroma wangi dari bunganya. 

Tumbuhan lain yang memberikan efek halusinasi adalah mandrake (Mandragora officinarum) dari family Solanaceae atau keluarga terung. Yang pernah baca atau nonton “Harry Potter and The Chamber of Secret” pasti tau mandrake, meski nyatanya tumbuhan asli Eropa ini tidak memiliki akar berupa bayi. Akarnya hanya bercabang, sehingga menyerupai bentuk kaki dan tangan. Bagian akar Mandragora officinarum mengandung senyawa hyoscyamine, atropine, scopolamine, dan senyawa tropane alkaloid lainnya. Senyawa ini dalam dosis rendah memberikan efek depresan dan sedatif, namun dalam dosis tinggi menyebabkan analgesia, halusinasi, insomnia, dan kematian. 

Oh iya.. foto pahatan diatas berasal dari 1350 SM yang menceritakan Ratu Meriton menawarkan Raja Semenhkara buah Mandragora officinarum yang dibawa di tangan kanan dan bunga Nymphaea caerulea di tangan kiri.  Jadi kedua jenis tumbuhan ini memiliki keistimewaan di mata bangsa mesir kuno.

Referensi:
Emboden, W.A. 1981. Transcultural Use of Narcotic Water Lilies in Ancient Egyptian and Maya Drug Ritual.  Journal of Ethnopharmacology, 3: 39 – 83.
Thomas, C.E. 2012. Toxic Encounters: Poisoning in Early Modern English Literature and Culture. Literature Compass 9(1): 48–55,
Wink, M. & B. van Wyk. 2008. Mild-altering & Poisonous Plants of The World. Singapore: Tien Wah Press (Pte.) Ltd.

No comments:

Post a Comment