Kalau lagi galau malam-malam sambil ditemani lagu Raisa,
pinginnya meracik racun (hahaha..jangan dianggap serius). Serasa Eropa di abad
16-17, era dimana meracuni seseorang itu tindakan yang fashionable atau populer
(Thomas, 2012). Cukup mengerikan ya.. bahkan meracuni seseorang menjadi bagian
seru dalam cerita tragedi karangan Shakespeare berjudul "Hamlet".
Diceritakan bahwa Claudius membunuh Hamlet dengan meracuninya.
Sebenarnya apa sih racun itu? Pengertian racun dalam kamus
bahasa Indonesia adalah zat (gas) yg dapat menyebabkan sakit atau mati (kalau
dimakan, dihirup) (nomina), sedangkan dalam kontes biologi, racun berarti suatu
substansi kimia yang dapat menyebabkan gangguan pada organisme, melalui reaksi
kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekuler, ketika jumlah yang cukup
diserap oleh organisme. Poison atau racun dibedakan menjadi dua, toksin dan
venom. Toksin biasanya dihasilkan oleh beberapa fungsi biologis di alam
(seperti dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan) sedangkan yang disebut venom adalah
racun yang disuntikkan ke dalam tubuh suatu organisme melalui gigitan atau
sengatan. Tidak sedikit jenis tumbuhan yang mengandung senyawa yang bersifat
racun bagi suatu organisme, dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai
tumbuhan obat. Sebagai contoh adalah ki tolod (Hippobroma longiflora (L.)
G.Don) yang masuk dalam kategori highly poisonous, tapi dimanfaatkan sebagai
obat sakit mata. disinilah perbedaannya, kalau menurut Paracelsus (1493-1541)
adalah "sola dosis facet venenum" yang diartikan dalam bahasa inggris
adalah "It is the dose that make a poisonous". Jadi perbedaan
diantara tumbuhan obat dan tumbuhan racun terletak pada dosis yang digunakan.
nah...salah satu kelompok tumbuhan yang mengandung racun adalah tumbuhan narkotika. Ah... jadi serasa kuliah ya.. hapunten atuh.
Sebenarnya yang ingin saya ceritakan malam hari ini adalah
jenis-jenis racun di era peradaban kuno. Salah satunya adalah peradaban mesir
kuno yang sejarahnya terekam dengan baik. Jenis tumbuhan yang dipakai adalah
tumbuhan narkotika.
Apa sih peran
tumbuhan narkotika ini?. Tumbuhan narkotika memang tidak pernah absen dari
peradaban manusia. Tumbuhan narkotika biasanya digunakan dalam upacara
keagamaan oleh priest, pendeta, atau shaman. Karena mereka percaya bahwa mereka
dapat berkomunikasi dengan yang mereka sebut Tuhan ketika dalam keadaan fly. Peradaban
bangsa mesir kuno tidak lepas dari praktik shamanism. Maspero (1915) menyatakan
dengan memakan makanan ajaib dan minum ramuan ajaib (ajaib disini maksudnya
efek yang dihasilkan oleh tumbuhan narkotika), bangsa mesir kuno percaya bahwa
pendeta dapat berbicara dengan dewa, dengan mereka yang sudah mati, atau dapat
membebaskan jiwa yang telah mati menuju perjalanan ke alam kematian, sehingga
tumbuhan narkotik banyak ditemukan di makam-makam raja. Jenis-jenis tumbuhan yang
diketahui adalah teratai biru (Nymphaea caerulea; Nymphaceae) dan mandrake (Mandragora
officinarum; Solanaceae). Apa sih mereka? Mari kita bahas satu persatu.
Terdapat dua jenis teratai yang hidup di Sungai Nil, yaitu Nymphaea
lotus dan Nymphaea caerulea var. albiflora (teratai biru). Bangsa mesir kuno di
era Dinasti Keempat percaya bahwa bunga Nymphaea caerulea merupakan persembahan
untuk dewa Osiris dari jiwa yang telah mati, bahkan mejadi bunga favorit di
kala itu. Bahkan bangsa mesir kuno memuja dewa teratai biru yaitu Nefertem,
yang membawa bunga teratai di atas kepalanya. Nymphaea carulea mengandung
senyawa yang bersifat psikoaktif, yaitu Nuciferine , nupharine, nymphaline, dan
aporphine. Senyawa-senyawa ini bekerja pada sistem saraf pusat, sehingga
mempengaruhi kerja otak. Mengakibatkan terjadinya perubahan dalam persepsi,
suasana hati, kesadaran, kognisi, dan perilaku, seperti halusinasi, euphoria, serta
efek hypnosis. Adanya kandungan senyawa-senyawa ini menyebabkan seluruh bagian
dari Nymphaea caerulea berbahaya. Selain digunakan dalam upacara keagamaan, Nymphaea
caerulea juga dipakai untuk relaksasi, dengan cara mencium aroma wangi dari
bunganya.
Tumbuhan lain yang memberikan efek halusinasi adalah
mandrake (Mandragora officinarum) dari family Solanaceae atau keluarga terung.
Yang pernah baca atau nonton “Harry Potter and The Chamber of Secret” pasti tau
mandrake, meski nyatanya tumbuhan asli Eropa ini tidak memiliki akar berupa
bayi. Akarnya hanya bercabang, sehingga menyerupai bentuk kaki dan tangan.
Bagian akar Mandragora officinarum mengandung senyawa hyoscyamine, atropine,
scopolamine, dan senyawa tropane alkaloid lainnya. Senyawa ini dalam dosis
rendah memberikan efek depresan dan sedatif, namun dalam dosis tinggi
menyebabkan analgesia, halusinasi, insomnia, dan kematian.
Oh iya.. foto pahatan diatas berasal dari 1350 SM yang menceritakan
Ratu Meriton menawarkan Raja Semenhkara buah Mandragora officinarum yang dibawa
di tangan kanan dan bunga Nymphaea caerulea di tangan kiri. Jadi kedua jenis tumbuhan ini memiliki
keistimewaan di mata bangsa mesir kuno.
Referensi:
Emboden, W.A. 1981. Transcultural Use of Narcotic Water
Lilies in Ancient Egyptian and Maya Drug Ritual. Journal of Ethnopharmacology, 3: 39 – 83.
Thomas, C.E. 2012. Toxic Encounters: Poisoning in Early
Modern English Literature and Culture. Literature Compass 9(1): 48–55,
Wink, M. & B. van Wyk. 2008. Mild-altering & Poisonous
Plants of The World. Singapore: Tien Wah Press (Pte.) Ltd.
No comments:
Post a Comment